Bayar DP Tagihan Listrik, Suratno Harus Menjual 7 Pohon

Bayar DP Tagihan Listrik, Suratno Harus Menjual 7 Pohon – Suratno tidak ada di rumahnya, Dusun Menggoran 2, Bleberan, Playen, Gunungkidul, Yogyakarta, saat wartawan mendatangi tempat tersebut.

Saat berbincang tentang tagihan listrik yang telah melonjak cukup tinggi bersama seorang anak Suratno, yakni Zubaidi, datanglah Suratno dengan seorang pria dan membawa sabit serta alat ukur.

Setelah meletakkan sabit, kemudian wawancara dilanjutkan. Suratno lalu menuju sebuah pohon mahoni yang berada di sebelah rumah limasan miliknya. Dengan menggunakan alat ukur ia mengukur diameter pohon.

‘’Ya mau saya jual untuk membayar tagihan listrik, uang senilai Rp 8,7 juta mau saya dapat dari mana?’’ ujar Suratno saat ditemui di rumahnya, pada Jumat, 27 November 2020.

‘’Tadi sudah saya ukur 6 pohon di ladang,’’ tutur dia.

Sehari-hari pria tersebut bekerja sebagai pembuat arang, selain itu dia juga bertani.

Dirinya harus membongkar tabungannya yakni berupa 6 pohon jati serta 1 pohon mahoni untuk ia gunakan sebagai uang muka tagihan listrik.

Suratno harus membayar tagihan listrik 10.000 KWH. Seharusnya dia membayar Rp 16 juta, tetapi disepakati untuk membayar Rp 8,7 juta.

Dari tagihan tersebut, dirinya harus membayar uang muka sebesar Rp 5.000.000, dan sisanya akan dibayarkan setahun dengan tagihan listrik per bulannya.

‘’Tidak tau mau laku berapa, dan menunjuk pria pembelinya,’’ ujar Suratno.

Sebagai warga dan juga pelanggan PLN ia menurut saja dengan apa yang telah ditagih oleh PLN.

Suratno mengaku bahwa dirinya pasrah dan tetap mengupayakan supaya dirinya dapat membayar tagihan tersebut.

Dia mengaku bahwa tidak tau secara pasti kenapa terjadi tagihan yang cukup besar. Sebagai seorang pelanggan listrik perusahaan milik negara, dirinya sudah membayar setiap bulan.

Suratno mengatakan, bahwa awalnya listrik miliknya memiliki daya 450 KWH, pada tahun 2017 kemudian dinaikkan menjadi 1300 KWH. Hal tersebut karena digunakan rumah anaknya yang berada tepat di depannya, tetapi sebulan terakhir listrik hanya dipakai untuk keluarganya.

Selain digunakan untuk rumah tangga, Setiap hari juga digunakan untuk alat pertukangan. Setiap bulan biasanya ia hanya membayar sekitar Rp 200.000.

‘’Mau gimana lagi, ya tetap harus dibayar,’’ ujar Suratno.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *