Berita Tips Kesehatan – Psikolog: Tes Masuk SD Yang Ideal

Sedianya bahwa tes kelayakan untuk masuk ke jenjang Sekolah Dasar (SD) memang telah menuai bermacam komentar dari sejumlah pihak terkait. Dan pastinya juga datang dari pihak orang tua anak yang merasa bahwa anaknya telah cukup pandai dalam membaca serta menulis akan tetapi ditolak saat mengikuti tes masuk pada SD Negeri. Terkait hal ini, psikolog anak yang berasal dari klinik tumbuh kembang Kancil, Ratih Zulhaqqi, M.Psi, menyatakan bahwa tes untuk masuk SD memang lebih bersifat tentang evaluasi potensi. Guna melihat kesiapan dari anak untuk masuk tahap sekolah, Ratih pun juga menyebut bahwa tes semacam ini memang perlu  untuk dilakukan.

“Jika tujuannya guna melihat sisi kemandirian dari si anak misalnya, saya pikir hal itu memang perlu,” terang Ratih ketika dihubungi, Rabu (12/2/2014). Akan tetapi untuk kategori tes yang mewajibkan sang anak harus sudah bisa membaca, menulis, serta berhitung (calistung), Ratih mengemukakan pendapatnya yang kurang setuju. Bentuk keharusan seperti ini sering akan membuat pihak sekolah serta orang tua menjadi ‘kejar-kejaran’ dan hal ini pasti akan membuat sang anak merasa tertekan.

Sementara di sisi lain, Taufik Yudi, Kepala Dinas Pendidikan DKI Jakarta mengatakan terkait sebutan untuk tes masuk SD ini tidaklah tepat sebab SD Negeri tak harus menggelar tes guna menyaring para murid yang mendaftarkan dirinya. “Lebih tepatnya jika disebut sebagai seleksi, bukannya tes. Seleksi ini berdasarkan dari umur, di mana hal ini sesuai dengan program wajib belajar sembilan tahun dan yang menjadi prioritas adalah anak yang berusia tujuh tahun,” jelas Taufik.

Psikolog pendidikan Universitas Tarumanegara, Irene Guntur, M.Psi, CGA, mempunyai pandangan yang berbeda pula. Menurut pendapatnya, tes untuk masuk SD akan diperlukan di sekolah yang memang menerapkan kurikulum yang berbeda. Tes ini dibutuhkan untuk memeriksa cocok atau tidaknya sang anak ini bersekolah pada tempat itu. “Misal ada sekolah dengan standar kurikulum tinggi ataupun yang santai saja, jika anak dipaksa masuk ke sekolah yang berstandar tinggi sedangkan dia merupakan tipikal dari sekolah santai, pastinya dia akan mengalami kesulitan, terang psikolog yang juga akrab disapa dengan Ige ini.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *