Cerita Direktur Walhi Sulsel Diteror Saat Dampingi Nelayan Tolak Tambang Pasir

Cerita Direktur Walhi Sulsel Diteror Saat Dampingi Nelayan Tolak Tambang Pasir – Sejak mendampingi para nelayan untuk menolak tambang pasir di perairan Kodingareng, Makassar, berbagai ancaman didapati Direktur Wahana Lingkungan Hidup ( Walhi) Sulawesi Selatan, Muhammad Al Amin. Al Amin membenarkan sering mendapatkan tekanan, ancaman, serta tuduhan agar menghentikan pendampingan ke masyarakat yang menolak kapal tambang pasir beroperasi.

“Saya kira ini cara-cara yang didesain oleh kelompok-kelompok yang tidak terima dengan upaya yang kami lakukan di Kodingareng bersama warga dengan masyarakat nelayan dan perempuan-perempuan pulau,” kata Al Amin melalui telepon, Kamis (3/9/2020) sore.

Al Amin mengatakan, sudah lebih dari lima kali diteror oleh orang tak dikenal terkait kegiatannya di Pulau Kodingareng. Si pengancam memintanya untuk tidak lagi mengadvokasi nelayan. Dia juga diminta untuk memberitahukan kepada masyarakat nelayan bahwa penambangan pasir yang dilakukan sudah sesuai prosedur dan tidak bisa dihentikan.

“Ada juga yang langsung strike bahwa meminta saya untuk tidak ke pulau kalau memang ingin selamat. Kemudian meme-meme yang bertuliskan dicari ‘provokator Kodingareng’ dan jangan percaya Walhi, nah itu dilempar di grup-grup WhatsApp,” imbuh Amin.

Amin mengakui, usaha tersebut untuk menjegal dan mendelegitimasi upaya Walhi di Pulau Kodingareng bersama masyarakat yang tidak ingin wilayah tangkapnya dijadikan sebagai wilayah tambang. Hal yang lebih parah, kata Amin, saat demonstrasi yang dilakukan kelompok tertentu yang menyebutkan dan mengecam dan meminta Walhi keluar dari pulau.

“Itu semua serangkaian cara pihak-pihak tertentu yang tidak menghendaki upaya masyarakat untuk mempertahankan wilayah tangkapnya itu sedemikian rupa,” kata Amin.

Meski segala macam teror telah diterimanya, Amin menegaskan Walhi tetap mendampingi masyarakat Pulau Kodingareng agar tidak kehilangan mata pencahariannya serta lingkungan laut yang tetap terjaga. Saat ini, Walhi bersama organisasi serta masyarakat yang membentuk Aliansi Selamatkan Pesisir (ASP) masih berada di Pulau Kodingareng untuk mengedukasi warga akan bahaya tambang pasir. Mereka juga meminta aparat membebaskan nelayan dari segala upaya kriminalisasi.

Dia pun menepis kabar ASP dan Walhi tidak diterima lagi oleh masyarakat pulau.

“Pressure kepada Walhi ketika masyarakat menguat atas perjuangan lingkungan hidupnya itu digunakan untik mendelegitimasi dan membungkam upaya yang dilakukan Walhi,” ujar Amin.

“Karena kita berpengalaman mengahdapi itu kami tidak akan berhenti dan surut menyampaikan fakta lingkungan yang terdampak proyek destruktif,” tutur Amin.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *