Junta Berlakukan Status Darurat Militer Pada 2 Kota Di Myanmar

Junta Berlakukan Status Darurat Militer Pada 2 Kota Di Myanmar – Junta Myanmar telah memberlakukan darurat militer pada 2 kota yang padat penduduk Yangon, Minggu, 14 Maret 2021.

Status tersebut diberlakukan usai sedikitnya ada 39 pengunjuk rasa yang tewas dalam hari paling mematikan semenjak kudeta 1 Februari menurut AAPP.

Kekerasan kemarin telah membuat orang tewas saat protes massal semenjak militer gulingkan pemimpin sipil yakni Aung San Suu Kyi, dari kekuasaan jadi 126 orang. Para kelompok hak asasi meyakini jumlahnya dapat lebih tinggi.

Junta sudah berulang kali membetulkan perebutan kekuasaannya dengan cara menuduh kecurangan pemilu yang semakin luas dalam pemilihan November, dan dimenangkan partai Liga Nasional.

Media yang dikelola oleh pemerintah mengumumkan jika Hlaingtharyar Yangon dan juga kota tetangga Shwepyitha bakal ditempatkan di bawah darurat militer.

Kedua kota besar tersebut dikenal menjadi pusat pabrik, yakni pabrik garmen.

Tentara dan juga polisi dalam beberapa minggu terakhir telah melakukan tindakan keras setiap hari kepada para demonstran. Peluru karet, gas air mata serta peluru tajam dipakai untuk dapat memadamkan protes anti kudeta.

Di Hlaingtharyar, polisi dan juga tentara bentrok secara kekerasan. Pengunjuk rasa yang bertongkat dan pisau berlindung di balik barikade darurat.

Para pengunjuk rasa tersebut menggunakan potongan tempat sampah sebagai tamengnya. Sejumlah demonstran yang terluka diselamatkan saat pasukan keamanan sudah melepaskan tembakan. Namun seorang dokter mengatakan bahwa tidak semua dapat dijangkau.

Kelompok pemantau AAPP telah memverifikasi penangkapan dan juga kematian sejak kudeta memberikan total kematian yang lebih tinggi.

Warga yang sembunyi di rumah pun mendengar suara tembakan yang terus menerus sepanjang hari. Sedangkan truk militer Nampak mengemudi melewati jalan berasap.

Utusan PBB untuk Myanmar telah mengutuk keras pertumpahan darah itu. Menurutnya komunitas internasional harus bersatu pada solidaritas Bersama rakyat Myanmar serta aspirasi demokratis mereka.

‘’Kebrutalan yang berlangsung sangatlah merusak prospek perdamaian serta stabilitas di negara tersebut,” ujarnya usai mendengar laporan mengenai pembunuhan yang memilukan, serta penganiayaan kepada demonstran dan juga tahanan’’ dari kontak di Myanmar.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *