Kabar Internasional – Pasukan Keamanan Sudan Melakukan Penggerebekan Jelang Protes
Kelompok oposisi utama Sudan mengatakan bahwa pasukan keamanan negara tersebut melakukan penggerebakan kantornya miliknya. Serta melakukan pemblokiran terhadap konferensi baru yang terjadi di malam dimana protes massa terjadi untuk melawan pemerintahan militer.
Pasukan keamanan telah melakukan patroli di bagian ibukota, Khartoum, menjelang protes yang direncanakan akan digelar pada hari Minggu.
Asosiasi Profesional Sudan (SPA) menyerukan pawai “juta-kuat” pada hari Minggu untuk mendorong militer untuk menyerahkan kontrol kepada warga sipil.
Namun sejauh ini tidak ada laporan tentang protes besar di Khartoum.
Militer menggulingkan Presiden Omar al-Bashir pada bulan April setelah pemberontakan rakyat terhadap pemerintahannya.
Dia merebut kekuasaan dalam kudeta pada 30 Juni 1989.
SPA telah menyelenggarakan briefing media pada Sabtu malam untuk mengungkap rencana unjuk rasa tersebut, yang akan menjadi demonstrasi massal pertama sejak belasan orang terbunuh ketika militer menembaki demonstran pro-demokrasi pada 3 Juni.
Pemimpin protes Ahmed al-Rabie mengatakan kepada kantor berita AFP bahwa Pasukan Dukungan Cepat (RSF) paramiliter telah membubarkan pengarahan media.
“Sebelum kita bisa memulai konferensi pers, tiga kendaraan dari RSF, penuh dengan orang-orang bersenjata, datang ke gedung kami dan mengatakan kepada kami untuk tidak mengadakan konferensi pers,” katanya.
Semua orang di gedung itu diperintahkan untuk pergi, kata al-Rabie.
Dia mengatakan kepada kantor berita Reuters bahwa serangan itu adalah “pelanggaran terhadap kebebasan yang bahkan lebih buruk daripada rezim mantan presiden”.
Militer mengatakan pihaknya akan meminta pertanggungjawaban pihak oposisi atas setiap kekerasan atau kehilangan nyawa dalam protes tersebut.
Jenderal Mohamed Hamdan Dagalo, juga dikenal sebagai Hemeti, memperingatkan “perusak” dan “agenda tersembunyi” yang mungkin mengambil keuntungan dari demonstrasi.
Toko-toko tutup pada hari Minggu di daerah-daerah ibukota di mana protes diperkirakan terjadi, lapor AFP.
Pembicaraan antara Dewan Militer Transisi (TMC) dan oposisi runtuh setelah 3 Juni dan belum dilanjutkan meskipun ada mediasi oleh Uni Afrika (AU) dan Perdana Menteri Ethiopia Abiy Ahmed.
Pada hari Jumat, SPA mengatakan dua anggota terkemuka oposisi telah ditahan dan mendesak “komunitas internasional untuk menuntut pembebasan segera mereka”.