Kabar Internasional – Petugas Medis Di Kongo Ditahan Atas Kematian Dokter yang Menangani Ebola
Tiga petugas medis di Kongo telah ditangkap di Republik Demokratik Kongo atas pembunuhan dokter Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), kata seorang jaksa militer.
Dokter Kamerun Richard Mouzoko ditembak mati pada bulan April di sebuah rumah sakit di Butembo, tempat ia merawat pasien Ebola.
Tenaga medis yang “bersemangat” adalah “selalu siap untuk pergi ke tempat orang paling membutuhkan bantuannya,” kata WHO dalam sebuah penghormatan .
Motif untuk serangan itu tidak jelas.
Lebih dari 1.800 orang telah meninggal karena virus Ebola dalam satu tahun terakhir. Upaya untuk memberantas penyebaran ini terhambat oleh kekerasan kelompok milisi dan oleh kecurigaan terhadap bantuan medis asing.
Penuntut senior militer Letnan Kolonel Jean-Baptiste Kumbu mengatakan kepada AFP bahwa milisi yang terlibat dalam penyerangan pusat-pusat perawatan, termasuk rumah sakit Butembo, telah diinterogasi melibatkan empat dokter dalam merencanakan penggerebekan.
Dia mengatakan tiga dokter Kongo akan dituntut karena “terorisme” dan “konspirasi kriminal”, menurut AFP, sementara dokter keempat masih bebas.
Wabah saat ini di DR Kongo timur dimulai pada Agustus tahun lalu dan merupakan yang terbesar dari 10 yang melanda negara itu sejak tahun 1976, ketika virus pertama kali ditemukan.
Ini dikerdilkan oleh epidemi Afrika Barat 2014-16, yang mempengaruhi 28.616 orang terutama di Guinea, Liberia dan Sierra Leone. Sekitar 11.310 orang meninggal dalam wabah virus terbesar yang pernah tercatat.
Dr Mouzoko adalah salah satu dari sejumlah petugas medis yang dikerahkan oleh WHO untuk membantu memerangi penyebaran virus di Kongo.
Mantan kolega di Madagaskar, Kamerun dan DR Kongo menggambarkan Dr Mouzoko sebagai seorang profesional yang berkomitmen, yang selama karirnya, membantu melatih ratusan dokter muda dan pekerja kesehatan.
“Dia secara teratur akan menghabiskan 15 hingga 20 hari sebulan untuk bekerja di antara komunitas terpencil di negara asalnya, Kamerun, jauh dari istri dan 4 anaknya,” kata WHO dalam sebuah pernyataan setelah kematian Dr Mouzoko.
Pemakamannya di bulan April dihadiri oleh pejabat tinggi badan kesehatan global dan direkturnya di Afrika.
Dalam sepucuk surat kepada walikota Butembo, sebuah kelompok yang mewakili dokter setempat mengatakan “marah” atas penangkapan itu, dan menambahkan bahwa ketidakhadiran mereka akan melumpuhkan layanan medis vital di daerah tersebut seperti transfusi darah dan pencegahan penyakit.
Kelompok itu telah mengancam akan mogok dalam waktu 48 jam kecuali tiga dokter yang ditahan dibebaskan.
Tetapi jaksa penuntut militer menolak tuntutan mereka sebagai “di luar pertanyaan”, lapor AFP.