Kabar Internasional – Trump Mengatakan Israel Telah Menjadi Rezim yang Rasis dan Apartheid dengan Rencana Aneksasi
Pengumuman Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu tentang niatnya untuk mencaplok wilayah-wilayah Tepi Barat setelah pemilihan pekan depan menunjukkan Israel telah menjadi “rezim yang rasis, apartheid”, kata menteri luar negeri Turki seperti dikutip pada hari Minggu.
Netanyahu mengatakan pada hari Selasa bahwa dia akan mencaplok Lembah Yordan, wilayah Tepi Barat yang diduduki yang ditangkap Israel pada tahun 1967 dan yang diinginkan warga Palestina sebagai bagian dari negara masa depan. Langkah yang dilakukan oleh Israel tersebut telah mengkhawatirkan negara-negara Timur Tengah, kekuatan Eropa dan menteri luar negeri Arab.
Pada hari Sabtu, kementerian luar negeri Turki mengatakan Organisasi Kerjasama Islam (OKI) akan bersidang di Jeddah pada hari Minggu untuk membahas pernyataan Netanyahu.
Berbicara di Jeddah, Menteri Luar Negeri Mevlut Cavusoglu mengatakan rencana “memalukan” Netanyahu adalah upaya “tercela” untuk mendapatkan suara menjelang pemilihan hari Selasa, dan mengkritik apa yang disebutnya kurangnya reaksi dari negara-negara Muslim lainnya.
“Israel, didorong oleh dukungan negara-negara tertentu, melanjutkan kebijakan agresifnya yang mengubahnya menjadi rezim rasis, apartheid,” kata Cavusoglu seperti dikutip oleh kantor berita Anadolu yang dikelola pemerintah.
“Jika seluruh komunitas Muslim yang ada di seluruh dunia bereaksi secara bersama-sama, rencana sembrono, kebijakan dan perilaku Amerika Serikat dan Israel tidak akan pernah mencapai titik ini,” kata Cavusoglu.
Sekitar 65.000 warga Palestina dan 11.000 pemukim Israel tinggal di Lembah Jordan dan wilayah Laut Mati utara, kata kelompok HAM Israel B’Tselem. Kota utama Palestina adalah Jericho, dengan sekitar 28 desa dan komunitas Badui yang lebih kecil.
Turki dan Israel, bekas sekutu, telah lama berselisih mengenai kebijakan Israel terhadap status Palestina dan Yerusalem. Presiden Turki Tayyip Erdogan menyerukan pertemuan puncak OKI dua kali tahun lalu setelah Presiden AS Donald Trump memutuskan untuk mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel.
Turki dan Israel juga saling mengusir diplomat-diplomat penting satu sama lain tahun lalu saat terjadi perselisihan ketika puluhan warga Palestina terbunuh oleh pasukan Israel di perbatasan Gaza. Kedua belah pihak terus berdagang satu sama lain.